Aku menghirup udara pagi ini di ketinggian ketinggian 3.019 mdpl. Ditemani sayup-sayup suara merdu Raisa. Lagu galau sih, tapi ah, Mandalawangi, Gunung Pangrango, selalu membuatku kembali. Aku menghirup udara sumber kehidupan ini lagi. Dan lagi. Seakan paru-paruku tak mampu menyimpan oksigen. Meski akhirnya, kuhela tanpa jeda.
Satu dari sekian tanya yang menjejali kepalaku belakangan ini. Kenapa? Mengapa?
Sama saja.
Mencintaimu, entahlah, sungguh menyakitkan hati…
***
“Bisma, kamu pertahanin aku ya.” Pesan singkat Sinta, kekasih yang telah menemaniku 2 tahun belakangan ini.
“Hah?” Jawabku.
“Ih, anjeun mah bego.” Lanjutnya.
“Nyet, tentu aja akan kupertahankan. Kamu gimana sih, bentar lagi kan kita tunangan!”
“Iya, di sini banyak godaan, ay. Banyak yang lebih ganteng dari kamu.” Balasnya.
“Ih si anying. Yang lebih ganteng dari aing mah jelas banyak. Aing mah apa atuh, ibarat sendal, kastanya swallow. Kasta terendah. Lagian situ kalau cantik jangan keterlaluan, sih. Makanya banyak yang godain.”
“Meni garing lu. Tapi Sinta mah maunya sama kamu aja. Gak ada orang yang sebaik kamu. Aku beruntung punya kamu. Abdi teh sayang sama kamu…”
“Jika baikku saja tak cukup untukmu, Sinta. Kamu pasti akan tergoda mereka yang lebih segalanya dariku. Semua kembali ke kamu, sayangnya aku wuwuwuwuw…”
“Sok bijak ih geleuh najis bye. Hahaha…”
“Hehehe”
Ah, Sinta. Siapa yang gak tergoda untuk memilikimu. Kamu sempurna. Tiada cela. Wajah rupawan. Putih berseri. Rambut tergerai indah. Kayak di iklan-iklan sampoo. Bodi semampai. Cocok jadi pegawai bank.
Eh, kamu emang akhirnya jadi pegawai bank, ding. Temen-temen kantormu memang ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Namanya juga pegawai bank. Kalau muka kayak aku mah, baru masukin CV aja udah pasti ditolak. Siapa mas-mas yang selalu kamu sebut itu? Mas Febri?
Ah iya, kamu selalu bilang dia lucu. Aku cemburu.
Bagiku kamu juga lucu. Bagiku kamu segalanya, kok. Semua pria juga setuju padaku. Jadi, pria mana yang gak menginginkanmu?
Aku?
Cuma pegawai kantoran biasa yang gak punya kemampuan apa-apa. Jauh dari kata ganteng. Lebih dekat dengan dekil. Hobiku cuma naik gunung. Ah gitu-gitu, pertama ketemu, kamu juga ingin naik gunung bersamaku, kan?
Romantis, katamu.
Dan akhirnya kita bersama-sama menjelajah Gunung Rinjani. Tempat dimana kamu dan aku. Menjadi sepasang kekasih paling bahagia sekaligus capek di dunia. Oh kamu masih ingat kan, berapa kali kamu mengeluh soal Bukit Penyesalan? Dan terus-terusan bilang kalau emang nyesel lewat bukit itu. Ahaha, tapi kamu kuat juga kok! Aku suka menghabiskan waktu di gunung bersamamu.
Awalnya, aku saja tak percaya bisa mendapatkanmu. Perhatianmu. Hatimu. Cuma karena aku humoris. Cuma karena aku bisa membuatmu tertawa dan bahagia. Cuma karena aku bisa membuatmu lupa masa lalu yang menyakitimu. Lalu kamu bilang aku orang terbaik yang pernah kamu temukan dalam hidupmu.
Aku tersanjung, tentu.
Aku, yang tak rupawan ini. Tak punya apa-apa selain perasaan tulus menyayangimu, yang ingin selalu melihat senyum terbaikmu, bagai tertimpa segepok uang, lalu jadi kaya raya. Aku gak mau tertimpa durian runtuh, keleus, pasti sakit. Kalau langsung mati mending, kalau cacat doang kan sedih bet. Lagian siapa sih yang bikin perumpamaan seserem itu?
Eh, fokus, Bisma!
***
“Hey, sayang! Jadi, nanti aku jemput jam berapa?”
Seminggu gak ketemu, aku sungguh rindu padamu. Gak sabar rasanya buat menghabiskan waktu bareng lagi. Ihiy!
“Gak tau.”
“Lho, weekend kan jatahnya kita pacaran atuh….”
“Aing tuh capek kerja seminggu. Masih mau tidur, tau gak! Ntar juga ketemu! Ribet amat!”
Apakah kamu lupa, bukan kamu saja yang bekerja?
“Oh okay, maaf… Ntar kabarin ya?”
“Y”
Aku gak tau sejak kapan kita mulai saling berteriak satu sama lain. Soal hal-hal kecil pun. Over and over again.
Aku ingat saat sedang bersamamu, kamu tiba-tiba hilang mood. Karena kamu ingat besok adalah hari Senin. Ah iya, mungkin kamu lupa, tapi wajah cantikmu seketika berubah begitu saja. Kamu memberikanku wajah yang itu-itu lagi. Membuatku cemas, membuatku bingung, membuatku memeras otak, bagaimana agar kamu senang lagi.
Aku juga ingat. Saat kamu marah padaku karena kamu bangun kesiangan. Lalu seharian kamu mendiamkanku, seolah itu semua adalah kesalahanku. Padahal aku sudah berusaha menelponmu, tapi dasar kebo, kamu gak bangun-bangun juga. Kamu bilang, “Maneh bangunin aku sampai bangun dong! Aku jadi kesiangan!”
Oh ya, it was my fault. Again.
Saat aku pulang kantor dan mampir ke sebuah mall bersama teman-teman kantorku. Tanpa memberitahumu dulu. Khilafku memang. Kemudian kamu murka. Bak ratu medusa. Kamu menyihirku jadi batu. Tak lagi menghubungiku. Selama dua minggu. Ah taukah kamu betapa aku juga marah, frustrasi, sekaligus merasa bersalah saat itu?
Oh tapi aku lalu ingat, meredakan egoku sendiri, aku membelikan pakaian yang kamu inginkan saat itu. Sebagai permintaan maaf. Kamu bahagia. Aku kembali lega. Lalu kemudian, mood-mu kembali memburuk. Kenapa? Aku gak pernah tau. Kamu memilih diam. Mendiamkanku.
Ya, aku korban ratu medusa.
Aku jadi batu, setiap kamu melemparkan bad mood padaku. Oh, ya, batu gak punya perasaan sih. Tapi aku, hatiku perih sepanjang waktu.
Tapi lagi-lagi aku mengalah. Aku selalu ingat masa-masa kita berbahagia. Membuatku bertahan. Lagipula, kamu yang memintaku mempertahankanmu, kan?
Saat kamu masih memelukku mesra di atas motor kesayanganku dan berkata; “Ahh nyaman. Aku sayang kamu. Aku mau sama kamu selamanya. Sama kamu aja.”
Hati lelaki mana yang tak meleleh dan bangga? Mendengar orang kesayangannya, berbicara manis manja.
Saat kamu selalu excited akan segera bertemu denganku. Tanpa pernah berhenti mengirimiku emot cium alay kesukaanmu. Aku juga alay sih, kita memang sepasang alay yang berusaha bahagia bersama, bukan?
Kemudian kamu mulai berubah. Hatimu mulai berubah. Tapi aku tidak.
Separuh harga diriku sebagai lelaki terluka. Tapi separuhnya lagi, aku rela menjadi apa saja asal kamu tetap bahagia.
***
Disclaimer:
Seperti yang ada di sinetron-sinetron, cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, lokasi, dan jalan cerita yang banyak dramanya, tentu aja karena disengaja. Apabila ada kejadian yang dirasa sama, jangan tersinggung, bukan berarti saya sedang nyinyirin anda, bisa jadi nasib kita sama.
Tengs.
39 thoughts on “Ganteng Ganteng Pendaki Galau Season 2: Hatimu Berubah”
Aaah cerita abang ini, aah begitu sangat menyentuh, aaah selalu mengundang gelak, aah iya gimana nasibku di #giveaway , ah sudahlah….
Udah menang pan, selamat yaaaa
duh bikin galau aja nih om acen ngegantung gini.. hahaha ditunggu season 3 part 2nyaa…
siap, bentar lagi up kok
ditunggu season 3 part 2nya kang.. hehhe
Sabar ya bang acen :'(
sabarnya ke bisma dongg
newbie kang..serasa pengalaman sendiri hehehehe, ajib dah ceritanya. salam kenal
salam kenal, gak kok, ini cuma fiktif
sedih bang :(, saya juga pendaki galau, tapi gak ganteng ganteng, soalnya yang ganteng ganteng itu serigala ..
btw ini kisah nyata apa sebuah kisah klasik untuk masa depan ??
bodo amat deh ggs hahha
Sedih banget…. kenapa bersambung 🙁
karena kalo kelar langsung gak seruuuu hahaha
waaaaaaaaaaaaaaaaaa yang ditunggu-tunggu pun tibaaaaa …
seneng banget postingan galauy hahaha
tulisannya keren bro hehe makasih ya sebelumnya udah mampir ke blog ku 🙂
azek azek kak onco
sampe nangis bacanya..
:(((
… aku juga nangis nulisnya
Kenapa… ini… bersambung cen… *pukul-pukul manja*
ahhh.. *kasi dada
duh bikin galau aja nih om acen ngegantung gini.. hahaha ditunggu season 3 part 2nyaa…
puk puk galau, pengalaman pribadi ye? haha ditunggu yaaaa
kentang nih bang. lanjut bisa keleuess …
kentang enak tau digoreng renyah pake saos makannya
hy bro… ga tau kenapa, ane merasa ikut larut dalam tiap alur cerita dalam tulisan ini. terima kasih tlah ngertiin aneee hahaha lanjuttt
lah, malah curcol hahaha, tabah ya pak. udah siap gemetar di part 2 belum?
Abang:( gua kudet 🙁
Ditunggu part2 nyaaaaaaa ..
udah kelar
*telat komen*
fak, persis amat ceritanya sama pengalaman pribadi #curhat
puk puk
sehari ini udah baca cerita beginian dua kali, cerita galau yang disisipi sedikit humor, menarik..
makasi kakak
suka nulis2 cerita y?
mnrt L
wkwkw. koplak. walaupun banyak romantisnya.
harusnya tampilih juga dong wajah mba sinta dan mas acennya. biar pembaca bs menilai cocok atau ga nya. haha
yawla, itu kan kepalsuan semata
duh bang bahasanya gakuku ahh hehe. Bantu view dan jempolnya ya teman teman. Trims https://youtu.be/kIRmXleH_FU
"jangan tersinggung, bisa jadi nasib kita sama"
jahat gak bang kalo aku ketawa?😂😂