Half Marathon Pertama Dalam Hidup

Half Marathon

Half Marathon?

Gak pernah kebayang dalam hidup gua sebelumnya ikutan event-event lari yang semakin tenar membahana hari demi hari.

Pada dasarnya gua sering lari, baik dari kenyataan maupun dari kejaran para penagih hutang, serta dari kenangan ditinggalkan pas lagi sayang-sayangnya.

Namun, masih belum terbersit tuh dalam hati dan pikiran sempitku ini untuk mengikuti event lari yang-udah-pasti-capek-disuru-bayar pula. Padahal naik gunung juga sama sih wkwk.

Tapi, kata orang bijak, there’s a first time for everything. Sebetapa kuatnya gua menolak ikutan event lari, pada akhirnya luluh juga.

Tepatnya hari minggu lalu, saat diajak ikut Mandiri Jogja Marathon, gua tak kuasa menolak.

Alasannya sederhana, ku kangen Jogja. Banget. Perasaan baru bulan lalu ngebatin: kangen Jogja yalord. Eh langsung cuss aja.

Gua sering denger banget peribahasa itu tapi selalu skeptis. Yelah, lari mah lari aja yekan, gak perlu idealis semata macem begitu. Selalu jadi mandiri dengan lari sendiri-sendiri. Lagian, ribet gasi lari ae mesti nunggu orang lain?

Tapi, namanya orang congkak emang musti dikasi pelajaran kali ya. Kata-kata bijak ternyata gak keluar gitu aja tanpa adanya peristiwa yang membuat proverb itu jadi nyata.

Gua ngerasain banget ternyata emang lari sendiri itu bikin kenceng apa adanya, tapi kesepian, sementara lari bareng-bareng bikin endurance mendadak meningkat berkali lipat hingga diriku kuat menempuh 21km pertamaku selama 3.10 menit (disertai foto-foto, update instastory, hingga kram kaki kanan kiri).

Cerita virgin half marathon ku dimulai dari sini.

Minggu, 15 April 2018, 00.00

“Mas, gua tidurnya ngorok kenceng nih.” kata gua pada roomate, Mas Doroii, beberapa jam sebelum race.

“Santai aja kali!” jawabnya.

Semenit kemudian dia yang ngorok alus dan gua masih terjaga. Bajigur!

01.00

“HAH!” gua kebangun dengan takjub setelah ngeliyep sebentar. Ini hotel saking bagusnya sampe banyak banget makhluk lain yang ikutan nginep. KALIAN GA TAU APA BESOK LARI AKUTU PLIS PERGI!

02.00

Gua kebangun lagi. Kini lebih pasrah menghadapi apapun yang datang.

I was like, perpaduan antara cemas mau half marathon pertama, gangguan makhluk astral, mimpi yang biasa, dan dengkuran serak-serak halusnya si roomate.

02.45

Fine-fine, gua bangun ajalah. Toh jam 3.00 sebentar lagi and i need to prepare well. Gini kali ya rasanya demam panggung.

04.30

Sesampainya gua di the majestic Prambanan, gua terpana.

Lalu keingetan sama legenda dibuatnya Prambanan gara-gara Roro Jonggrang (RJ) yang kesel digodain mulu sama Raden Bandung Bondowo (RBB), akhirnya belio bikin syarat:

RJ: kalau kamu mau nikahin aku, bikinin aku 1000 candi dalam waktu semalem. Titick!

RBB: lu gila? mana bisa ih! Minta uang aja deh yang banyak ntar aku kasih, pinjem dulu dari Bu Dendy, nyoh!

RJ: gak mau tau, 1000 candi atau tydac meniqa sama sekali!

RBB: Yalord! Minta mahar mbokya cincin berlian kek, receh sesuai tanggal kawin kek, seperangkat alat ibadah kek, ini keukeuh minta candi. Huft! bekla kalo kamu maksa, q bisa apa.

Begitulah, sampe akhirnya jadi 999 candi, Roro Jonggrang panik, terus licik. Raden Bandung Bondowoso jadi gagal, terus kesel, terus ngutuk RJ jadi arca biar ngegenepin seribu candi.

Kutukannya sukses! Yeay!

Tapi kemudian RBB sad, nyesel, cewe cantik bohay idamannya jadi batu gara-gara emosinya sendiri.

Makanya kalian kalo pacaran jangan suka emosi-emosi berlebihan ya, gak bae.

Anyway, kisah di atas hanya remake lucu-lucuan dengan bahasa kekinian, cerita aslinya, menurut wikipedia, simak di sini.

sumber gambar: ellynurul.com

05.30

Setelah pelepasan para marathoners, giliran half marathon-ers macam gua ini beraksi. Sebanyak 2000 orang jadi pesertanya. Kalo dikurangi gua jadinya 1999.

Maklum, gua kan peserta abal-abal. Lari segan, diam gregetan.

Awalnya gua kayak mau pindah aja apa ya ke 10km. Jiper banget ngeliat para peserta half marathon yang super antusias, ditambah persiapan yang extra mumpuni: mulai dari latihan lari berbulan-bulan sebelum, carbo loading, tau teknik lari dan pernafasan, bawa-bawa komunitas runner ini itu.

Apalagi kayaknya pada kenal semua sama Melanie Putria, mc kondang sekaligus penyemangat para pelari.

Aku yang cuma lone-ranger gak kenal syapa-syapa, gak latian, gak carbo loading, gak punya komunitas lari, agak sedih dengan semua ini.

06.30

Kata-kata bijak soal lari sendiri lebih cepet dan lari ramean lebih jauh mulai terbukti.

Gua yang tadinya meragukan diri sendiri, kuat apa ga menjalani cobaan kaki ini, ternyata dapat melarikan diri dengan congkaknya.

1km? selfie dulu, pemandangan Prambanan saat sunrise sungguh menakjubkan!

5km? lewatin aja!

6km? gini doang, sepele!

9km? cass ciss cuss!

10km? gak ada yang lebih jauh?

Tapi seperti biasa, segala sesuatu yang dihayati dengan penuh kesombongan memang akan mendapatkan balasan yang setimpal-timpalnya. Di km ke 13, kaki gua kram. BHAY!

Udah kram, gak ada temen, gak ada yang notis, gak diwaro siapapun, baiklah, ku mendingan lanjut lari dengan tertatih-tatih. Daripada terus bersedih-sedih karena caper gak ditanggapin.

Aku kuat. Aku kuat. Aku ku…. yalord sedi akutu diginiin.

8 kilometer selanjutnya,

Gua udah gak ngerti lagi apa yang terjadi.

Begitu menyentuh angka 13km, entah mengapa waktu berjalan sangat lambat.

Kaki gua gak mau diajak kompromi, kawanan pelari yang tadinya bisa gua lewati, dengan mudahnya kini balik melewati gua.

Napas yang tadinya bisa gua kontrol, kaki yang tidak pengkor, dada yang tetap rata, namun jadi bergetar, dan kini, seluruh badan bagai melawan semua perintah gua.

Ditambah lagi dengan matahari yang tadinya imut-imut sunrise berwarna jingga kemerahan yang semburatnya mampu membuat hati siapapun yang patah dapat sembuh kembali, kini semelet panas banget bagai api cemburu yang membakar kerongkongan, memantul ke wajah yang lupa dibaluri losyen kesayangan.

Fix kelar lari gua pasti gembel banget ni makin keling.

INI KENAPA SEKILO JAUH AMAT DAH!!!

Melawan segala keluh kesah, setelah gua puas lari cimit-cimit manja, persis kayak lari dari kenyataan. Mau move on ngeri balikan, gak move on capek ati, eh gimana, akhirnya gua teruskan lari tertatih-tatih serta terpincang-pincang.

Hingga akhirnya menyentuh angka 20km. Ku ingin kembali ke haribaan ibu pertiwi.

Ih tapi tengsin ah, sekilo lagi sampe.

Eh ada wc. Ya udah gua pipis dulu.

Abis pipis, ternyata garis finish sudah dekat. Teriakan-terikan para runners yang udah sampai duluan mulai membahana, membuat semangat teman-temannya yang juga hampir mencapai finish.

Asli, gua merinding!

Meski teriakan itu gak ditujukan buat gua, meski ada ruang kosong dingin sedih dalam relung jiwa gua yang ingin diteriakin juga, plis teriakin aku plis kumohon.

Teriakan para early finisher buat teman-temannya tetap jadi pompa semangat bagi gua untuk menyeret langkah menghabisi cobaan hidup yang gua buat sendiri ini.

SELANGKAH LAGI FINISH ACEN….

…DAN….

….YAK!!

KAKI GUA KRAM!

Bhay.

4 thoughts on “Half Marathon Pertama Dalam Hidup”

  1. Anton Ciptady

    Waww….20 Km Man….selamat Broooo….Kalo aku sadar diri aja deh, nyentuh 5 Km aja bagiku sudah luar biasa heheeee…….

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top