Naik Gunung Itu: #SafetyFirst !!

Safety-First

Kali ini gue mau sharing serius tentang #SafetyFirst buat pendaki gunung macam kita ini.

Hari ini gue baru baca berita (lagi) tentang pendaki gunung asal Jakarta yang meninggal di Gunung Arjuna yang katanya gegara niat awalnya cuma foto-foto di kebun teh, tapi malah jadinya muncak sendirian. Perkara takdir urusan Tuhan atau penyebabnya bener ini atau kagak, tapi kalau #SafetyFirst adalah yang utama, pasti kejadian kayak gini bisa dihindari.

Bisa baca beritanya di sini

***
Well-known lah ya kalau kegiatan mendaki gunung itu risky banget. Penuh dengan resiko, kesukaran, kepayahan, kerempongan, dan ke-ini-itu-an.

Well yah, namanya juga mendaki gunung, right?

Gini deh, kalau mau pergi ke mall atau suatu acara besar di perkotaan kita juga musti rempong dandan. Pakai baju bagus. Pakai dasi, jas, gaun, dan lain-lain bukan?

Nah ini kita mau ke gunung, loh. Mau ketemu hutan, ketemu jurang, ketemu badai, angin, tornado, gak jarang ketemu binatang buas. Parahnya lagi gak ada warung mie instan, warung kopi, apalagi KFC. Poop harus main gali tanah macem kucing. Kencing harus dilap pakai tisu basah. Kadang kalau tisu basah abis ya pake daon atau digesek-gesekkan ke pepohonan *jijik sendiri*. Kaki harus melangkah dari awal sampai turun. Dari semangat sampai gontai. Dari kuat sampai rasanya pengen nggelinding aja. Sudah pasti treat-nya jauh lebih rempong, dong.

Kita harus menyiapkan paling gak:
1. Stamina prima.
2. Baju secukupnya.
3. Kaos kaki, sarung tangan, slayer, aksesoris.
4. Senter kepala. Bisa juga senter biasa.
5. Jaket bahan polar. Atau biasa juga gapapa, yang penting jaminan anget.
6. Rain coat.
7. Kamera.
8. Duit.
9. Obat-obatan pribadi dan logistik pribadi (alat mandi, cemilan, minum, tissue, tissue basah dll)
10. Sepatu/sendal gunung.
11. Matras.
12. Carrier (keril). Ransel gunung.
13. Sleeping bag
14. Tenda, nesting, kompor
15. Doa restu dari Mama Papa.

Rempong kan?

Tapi ya itu bagian dari resiko dari menjadi pendaki gunung. Atau at least mengikuti kegiatan mendaki gunung. Perkara pendaki itu udah jagoan atau lebih-lebih lagi masih newbie, ya #SafetyFirst.

Harus rempong. Juga tidak boleh jumawa dan besar kepala. Apalagi sombong. Serta harus selalu rajin menabung. #lah #fokuscenfokus
Kalau gak mau rempong ya duduk diam saja yang manis di rumah. Nontoni alam yang indah dari layar kaca.

Gue bukan anak gunung yang udah lama mendaki atau udah mendaki ke gunung Himalaya, Everest, maupun Cartenz.

Tapi, pengalaman mendaki gunung gak tinggi-tinggi amat kayak Papandayan aja udah berharga banget buat gue. Cuaca yang super dingin udah bisa jadiin pelajaran buat next-nya gue mendaki bawa apa aja.

Naik gunung itu memang harus #SafetyFirst loh.

Seringkali puncak gunung itu keliatannya deket banget. Jadinya kadang kita suka takabur dan merasa bisa naklukin gunung.

But, Bitch please, yang ditaklukin itu BUKAN gunung, sekali lagi, BUKAN GUNUNG, tapi DIRI KITA SENDIRI. Menaklukan ego kita. Sembarangan naik gunung tanpa persiapan itu jenis ego juga kan?

Gunung gak akan lari kemana kok. Kalau bisa lari kita pasti udah mati kelindes. Jadi, take it easy dude, semenggebu apapun perasaan kita buat mendaki tapi kalau not well prepared mah mending jangan. Kita bisa balik lagi kapan aja kalau ada kesempatan dan dikasih umur panjang.

Okay, gue emang termasuk pendaki rempong yang harus super komplit persiapannya dari awal, karena gue anaknya #SafetyFirst banget.
Mendingan carrier gue makin berat gegara banyak bawa minum daripada gue atau temen gue mati dehidrasi.
Mendingan gue dimusuhin sama rombongan gue gegara gak jadi muncak karena cuaca gak mendukung ketimbang ngeliat rombongan gue pada pulang jadi mayat.
Mendingan carrier gw jadi super berat karena baju gw kebanyakan ketimbang nantinya gw atau temen gw mati kedinginan.

See? It’s about how you manage your ego, your laziness to get the #SafetyFirst.

Pernah dengar dari banyak orang bahwa:

Puncak itu bonus, perjalanan lah tujuan utamanya.
Bukan hanya pengalaman mencapai puncak yang harus kita bawa pulang, tapi diri kita selamat itu yang kita bawa pulang.

Tambahan dari gue tanpa mendiskreditkan siapa pun:
Pendaki gunung akan makin kece itu kalau pulang dengan selamat dan hidup!

Notes:
Tulisan ini dibuat tanpa mendiskreditkan pihak mana pun, juga untuk mengenang para pejuang gunung yang sudah gugur dan juga buat mengingatkan kita betapa hobi kita ini cukup risky sehingga kita bisa meminimalisir kejadian yang gak diinginkan.
Buat para saudara sependakian yang telah gugur dalam bertemu alam, perjuanganmu gak akan sia-sia sob. Semoga damai di sisiNya! Amin.

So, how #SafetyFirst are you?

19 thoughts on “Naik Gunung Itu: #SafetyFirst !!”

  1. yup setuju, meskipun kesannya untuk memenuhi safety first itu rempong, tapi dengan memenuhinya insya allah, bisa kembali lagi menikmati alam dan mendaki gunung yang selanjutnya 🙂 nice article

  2. keren banget tulisannya, mas. pengen banget muncak tp belum pernah sekalipun muncak. sedang nyicil beli peralatannya biar sewaktu waktu kalo udah siap lahir batin bisa langsung cus kesana :D. salam lestari 😀

    1. Wiw mantap udah mulai nyicil peralatan. Kalau bisa dipake dulu aja buat naik yang santai-santai macam gunung papandayan. Gak berat kok medannya. Good luck dan salam lestari! 😀

  3. Tulisannya bermanfaat bgt, apalagi buat saya yang rencananya bulan depan mau mendaki. Merinding juga sih bacanya. 😀
    Pendakian saya bulan depan akan menjadi pendakian pertama soale, hehehe.
    Sejauh ini, selain prepare perlengkapan, paling cuman prepare fisik doang, dengan skipping secara rutin (4-5 x seminggu).
    Insya Allah itu bisa membantu kan ya?

    1. Sangat membantu! Intinya kondisinya prima aja kalau buat pemula. Logistik juga jangan sampai kurang, benda-benda yg saya sebutkan di atas juga. Pokoknya diusahakan komplit, gak mesti beli, bisa pinjam.

      Mendaki kemaana kah? Sukses!

    2. Sip sip.. iya nih perkakas saya naek gunung juga pinjeman semua, hehehe.
      Ke Rinjani insya Allah. Beberapa temen meragukan sih, soalnya saya emang sama sekali belum pernah hiking, dan sekalinya muncak, udah mau ke Rinjani aja. 😀
      Tapi, saya sih yang penting fokus sama persiapan fisik, perlengkapan n mental. Mudah2an semuanya baik2 aja, aamiin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top